Senin, 27 Juni 2011

PROSPEK SITU LEUTIK SEBAGAI
POTENSI IRIGASI DI DESA CIBEUREUM
KECAMATAN BANJAR  KOTA BANJAR


PROPOSAL PENELITIAN


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian Pendidikan Geografi




Oleh,
SYAMSUL LUKMANSYAH
082170121




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011









KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, yang mana astas berkatnya dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “PROSPEK SITU LEUTIK SEBAGAI POTENSI PENGAIRAN IRIGASI DI DESA CIBEUREUM  KECAMATAN BANJAR  KOTA BANJAR”.  Tujuan penulisan proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian  Pendidkan Geografi, pada program studi pendidkan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi.
Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis yakin masih banyak kesalahan dan kelemahan. Namun dengan kesungguhan dan disertai dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
Akhir kata semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.


Tasikmalaya, April 2011


   Penulis



i




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………….        i
DAFTAR ISI …………………………………………………       ii
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………...       1
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………...       5
C.     Tujuan Penelitian …………………………………………….....       5
D.    Kegunann Penelitian ……………………………………………       5
E.     Definisi Operasional ……………………………………………       6
F.      Landasan Teoritis ………………………………………………      6         
G.    Penelitian Yang Relevan ……………………………………….        9
H.    Kerangka Berpikir ……………………………………………...      10
I.       Hipotesis ………………………………………………………..     11
J.       Prosedur Penelitian ……………………………………………..      11
1.    Metode …………………………………………….       12
2.    Variabel ……………………………………………       12
3.    Populasi dan Sampel ………………………………..      13
4.    Teknik Pengumpulan Data …………………………..      14
5.    Instrumen Penelitian………..………………………..       15
6.    Teknik Analisis Data ………………………….……...     17
7.    Tempat dan Waktu Penelitian ………………………...     18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii








BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Indonesia merupakan kawasan kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari atas sekitar 18.000 pulau besar dan pulau kecil. Pulau-pulau itu terbentang dari timur ke barat sejauh ± 6.400 km dan sekitar 2.500 km jarak antara utara dan selatan. Wilayah Indonesia beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang sangat tinggi, air sangat dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia, untuk keperluan riwayat hidup bersama.
Pembangunan disektor perairan adalah segala usaha mengembangkan pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan yang terpadu dan serasi guna mencapai manfaat sebesar-besarnya dalam memenuhi hajat dan perkehidupan manusia.
Dalam memasuki tahap pembangunan dalam satu dekade terakhir ini sudah mulai merasa bahwa jumlah kebutuhan air semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan sektor pertanian maupun kebutuhan lainnya. Selain meningkatkan jumlah atau volume air yang dibutuhkan, terjadi pula peningkatan permintaan terhadap kualitas air maupun kualitas pelayanannya. Di lain pihak pemanfaatan sumber daya air perlu dikendalikan sehubungan dengan pencemaran dan upaya pelestarian alamnya. Untuk mengantipasikan perkembangan dimasa mendatang, terutama mencegah menurunnya kualitas dan kuantitas sumber daya air, diperlukan kajian dan studi SDA berdasarkan problematik yang ada pada saat ini. Problematik yang sering terdengar di propinsi Jawa Barat ini adalah semakin  bergesernya fungsi-fungsi tempat-tempat penampungan air (reservoir) seperti waduk dan situ, akibat penggunaan untuk kepentingan lain. Berangkat dari isu-isu penting tersebut, studi dan perencanaan waduk akan member kontribusi yang signifikan dalam rangka mengkaji potensi air ( water availability) dan kebutuhan air ( water requirement). Tetapi  dalam hal pengembangan SDA yang diperioritaskan tetap memperhatikan keseimbangan air di atas permukaan tanah yang berbentuk, baik secara alami maupun batuan manusia dan merupakan sumber air baku. Air yang tertampung berasal dari tanah / sumber air lain atau sumber air hujan (run off).
Saat ini banyak situ / embung yang tidak berfungsi dan atau berubah menjadi fungsi lain yang diakibatkan karena desakan kebutuhan tanah di dalam proses perkembangan pembangunan daerah. Disamping itu, situ yang masih ada dan masih berfungsi sebagian besar kondisinya memerlukan penanganan, luasnya berkurang dari asalnya karena sudah beralih fungsi menjadi daerah pertanian atau permukiman secara tidak sah. Kapasitas tampungan air situ pada umumnya sudah menurun karena terjadinya pendangkalan, sedimentasi gulma air, dan rusaknya fasilitas bangunan dan kelengkapannya, sehingga memperkecil umur wadah. Berdasarkan kondisi dan kenyataan makin banyaknya situ / embung yang beralih fungsi, yang mengakibatkan makin banyaknya situ / embung yang beralih fungsi, yang mengakibatkan makin berkurangnya kualitas serta kuantitas, dan pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap sistem tata air permukaan di wilayahnya, sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kota Banjar merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota Banjar berada di perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni dengan Kabupaten Cilacap. Banjar merupakan menjadi pintu gerbang utama jalur lintas selatan Jawa Barat. Untuk membedakannya dengan Banjarnegara yang berada di Jawa Tengah, kota ini sering disebut juga Banjar Patroman (dari nama asal "Banjar Pataruman"). Luas Wilayah Kota Banjar sebesar 13.197,23 Ha, terletak diantara 07°19' - 07°26' Lintang Selatan dan 108°26' - 108°40' Bujur Timur. Berdasarkan undang-undang nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat kurang lebih 113,49 Km2 atau 11.349 Ha.
Waduk Situ Leutik merupakan sarana penampungan air yang berfungsi sebagai sarana pengairan teknis bagi lahan pertanian masyarakat, air baku dan kolam di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar diharapkan dapat pula memenuhi kebutuhan air desa-desa tetangga sekitar Desa Cibeureum yaitu Desa Balokang. Menyadari manfaat waduk tersebut yang begitu besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintahan Desa dan Pemerintah Kecamatan Banjar terus menerus mengusulkan pembangunan situ tersebut yang saat ini lokasi tersebut banyak lahan pertanian dan kolam-kolam perikanan milik masyarakat desa sekitar lokasi rencana Waduk Situ Leutik.
Sebagai tindak lanjut usulan masyarakat tersebut Pemeritah Desa Cibeureum meminta bantuan Pemerintah Daerah Kota Banjar  melalui Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Kota Banjar untuk dapat merencanakan waduk tersebut, dengan melakukan kegiatan indentifikasi / perencanaan Waduk Situ Leutik agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air baku, air irigasi, perikanan, pariwisata dan kebutuhan lainnya.
Secara administratif rencana Waduk Situ Leutik terletak di wilayah Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar, Kota Banjar. Untuk mecapai lokasi ini dari pusat kota harus menempuh jalur Banjar Kota – Desa Banjar – Desa Balokang – Desa cibeureum – Rencana Waduk  Situ Leutik dengan jarak total ±15 – 20  menit. Kondisi Topografi daerah pekerjaan cukup curam atau dengan kata lain perbedaan elevasi tanah cukup signifikan, Catchment Area (0,3717 Km²).
Lokasi rencana waduk secara administratif terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Banjar degan posisi geografisnya terletak pada 108º30’00’’LU dan 85º47’00’’BT , waduk berada pada aliran Sungai Cileutik dengan batas waduk yaitu, Batas Utara : Desa Jajawar, Batas Selatan : Desa Situ Batu, Batas Barat : Desa Cimaragas dan Karang Kamulian, Batas Timur : Desa Balokang.


B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1.  Faktor-faktor apa saja untuk mendukung Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum?
2.  Upaya apa saja yang menjadi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dalam Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum?
C.      Definisi Operasional
1. Prospek adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian.
2.  Situ  adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya.
3. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya; 
4.  Irigasi adalah suatu usaha manusia untuk menambah kekurangan air dari pasokan hujan untuk pertumbuhan tanaman yang optimum.
D.      Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.    Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung Prospek Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.
2.    Untuk mengetahui upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dalam Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.
E.       Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1.  Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian teoritis, khususya tentang faktor-faktor pendukung Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.
2.  Sebagai bahan informasi mengenai upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.







BAB II
Landasan Teoretik
A.      Kajian Teoretis
1.    Hakekat Geografi
Pakar-pakar geografi pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan kualitas penagjaran geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut:
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Secara garis besar, geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu pertama Geografi fisik (Physical Geography), Kedua Geografi Manusia (Human Geography), Ketiga Geografi Regional (Regional Geography). (dalam Sumaatmaja Nursid 1981: 52-57)
a.         Geografi fisik (Physical Geography)
Yang dimaksud dengan geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dan segala prosesnya. Bidang studi geografi fisik adalah gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
b.         Geografi Manusia (Human Geography)
Geografi manusia adalah cabang geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Dalam gejala manusia sebagai objek pokok. Dalam gejala manusia sebagai studi pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek fasilitas, yang meliputi aktivitas ekonomi, aktifitas politik, aktifitas sosial, dan aktivitas budaya.
Berdasarkan pendekatan topic atau struktural dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia ini terbagi lagi kedalam cabamg-cabang:
v  Geografi penduduk
Geografi penduduk adalah cabang geografi manusia yang objek studinya aspek keruangan dari penduduk. Objek studi ini meliputi, penyebaran, densitas, perbandingan jenis (Sex Ratio), perbandingan manusia dengan luas tanah (Manland Ratio) dan lain sebagainya.
v  Geografi Ekonomi
Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang objek studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi. Dengan demikian, titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalam bidang pertanian, industry, perdagangan, tramsportasi, komunikasi dan lain sebagainya. Dalam analisis geografi ekonomi, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai sektor pendudukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi.
v  Geografi Sosial
Geografi sosial adalah cabang ilmu geografi membahas aspek keruangan, karakteristik dari penduduk, organisasi sosial, dan unsure kebudayaan dan kemasyarakatan.
c.         Geografi Regional (Regional Geography)
Geografi regional adalah studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah. Atau dapat dikatakan pula bahwa geografi regional secara  normal dianggap sebagai studi tentang variasi penyebaran gejala dalam ruang pada wilayah tertentu, baik lokal maupun kontinental
Konsep geografi yang diketengahkan di atas secara jelas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakekatnya merupakan bagian dari bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan) dan biosfer (lapisan kehidupan).
2.    Konsep  Geografi
Menurut Getrude Whipple dalam (Sumaatmadja, Nursid 1981:46) mengemukakan empat konsep geografi yaitu sebagai berikut:
a.    Konsep bumi sebagai planet
Konsep ini memandang bahwa bumi ini merupakan planet, dimana betuk bumi adalah elips yang permukaannya terdapat berbagai kenampakan sebagai hasil proses terjadinya bumi itu sendiri.
b.    Keanekaragaman jalan kehidupan
Konsep ini mengungkapkan bahwa adanya keanekaragaman yang berbeda-beda yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berbeda-beda pula, sehingga manusia menempati wilayah tertentu menyesuaikan dengan kondisi daerah daerah tempat dimana dia tinggal.
c.    Keanekaragaman wilayah alam
        Konsep ini mengungkapan bahwa akibat dari tidak samanya permukaan bumi, maka akan mengakibatkan perbedaan dari karakteristik suatu wilayah yang dapat dibedakan dengan wilayah lain, sehingga wilayah satu dengan yang lain dapat berbeda.
d.   Konsep pentingnya lokasi dalam memahami permasalahan dunia
        Konsep ini memandang bahwa pentingnya memahami suatu lokasi atau wilayah di permukaan bumi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sedang di hadapi. Jadi konsep ini lebih menekankan pada penyelesaian suatu masalah dengan pendekatan kewilayahan.
3.    Prinsip Geografi
Prinsip geografi merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan atau pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan di pahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.
Dalam bidang geografi dikenal sejumlah prinsip, yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi, dan korologi. Berikut penjelasannya :
a.    Prinsip penyebaran
Dalam prinsip fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan ini tidak merata.
b.    Prinsip interelasi
            Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antar aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi uantara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lainnya. Atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena  manusia.
c.    Prinsip deskripsi
Fenomena alam dan manusia saling keterkaitan. Keterkaitan antara  aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu di deskripsikan. Pendeskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab akibat.
d.   Prinsip korologi
       Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia diikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.
4.    Hakikat Sumberdaya Air
Menurut (Mitchell dalam Nedi Sunaedi, 2004), pengolalaan air harus mempuyai etika yaitu etika berkelanjutan dimana pengelolaan sumberdaya air yang yang bijaksana harus dicapai melalui komitmen terhadap:
a.      Keterpaduan ekologi dan keanekaragaman hayati untuk lingkungan sehat.
b.      Ekonomis yang dinamis.
c.      Pemerataan sosial untuk generasi sekarang dan yang akan dating.
Mitchell juga mengungkapkan beberapa prinsip pengelolaan air yaitu:
a.         Menerapkan pengolaan terpadu sumberdaya air dengan:
1.        Mengaitkan kualitas, kuantitas dan pengolalaan air sumber lain
2.        Mengenali sistem hidrologi, ekologi, sosial, dan instusi.
3.        Mengenai pentingnya batas-batas akuifer dan daerah tangkan air.
b.         Mendorong pelestarian dan air perlindungan kualitas air dengan:


B.       Penelitian Yang Relevan
       Adapun penelitian yang relevan di ambil dari judul karya ilmiah “…………. “. Ditulis oleh ……….. pada tahun …….. Skripsi Geografi
C.      Kerangka Berpikir

              Waduk Situ Leutik merupakan sarana penampungan air yang berfungsi sebagai sarana pengairan teknis bagi lahan pertanian masyarakat, air baku dan kolam di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar diharapkan dapat pula memenuhi kebutuhan air desa-desa tetangga sekitar Desa Cibeureum

1.  Faktor-faktor apa saja untuk mendukung Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum?
2.  Upaya apa saja yang menjadi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dalam Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum?

1.    Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.
2.    Untuk mengetahui upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan dalam Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum.


1.    Faktor-faktor pendukung perencanaan Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum, yaitu untuk memenuhi kebutuhan: air baku, air irigasi, perikanan, pariwisata

2.    Upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Prospek Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum dengan cara mengembangkan wahana wisata air dan pembangunan rest area yang dikelola oleh masyarakat Desa Cibeureum

1.  Hakekat geografi
2.  Prinsip geografi
3.  Konsep georafi
4.  Hakikat Sumberdaya Air
5.  Pengelola Sumberdaya Air

 1. Metode penelitian menggunakan metode deskriftif
 2. Teknik penelitian : studi literature, observasi, studi dokumentasi, wawancara.
 3. Teknik analisis data : meneyeleksi data, mengklasifikasi data dan mentabulasi data, mengolah analisis persentasi

Pembahasan Hasil Penelitian




D.      Hipotesis
1)      Faktor-faktor pendukung perencanaan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum, yaitu untuk memenuhi kebutuhan:
a.       Air baku
b.      Air irigasi
c.       Perikanan
d.      Pariwisata
2)      Upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum dengan cara:
a.       Mengembangkan wahana wisata air.
b.      Pembangunan rest area yang dikelola oleh masyarakat Desa Cibeureum.

E.       Prosedur Penelitian
1.  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei seabagai penelitian  deskriftif yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menyusun data, dianalisa kemudian diinterpretasikan yang selanjutnya diambil suatu kesimpulan (Surakmad, Winarno. 1990 : 139). Menurut Hadari Nawawi (Lih. Moh. Pabundu Tika, 2005:2) mengatakan metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan, sedangkan menurut Soetrisno Hadi (Lih. Moh. Pabundu Tika, 2005:2) mengatakan bahwa metode penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian.
2.  Variabel Penelitian
“Variabel mengandung arti ukuran sifat atau cirri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok atau suatu set yang berada dengan yang dimiliki oleh kelompok atau set yang lain” (rafi`i, Suryatna, 1983:8).
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1)        Faktor-faktor pendukung perencanaan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum, yaitu untuk memenuhi kebutuhan:
a.         Air baku
b.        Air irigasi
c.         Perikanan
d.        Pariwisata
2)      Upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum dengan cara:
a.         Mengembangkan wahana wisata air.
b.        Pembangunan rest area yang dikelola oleh masyarakat Desa Cibeureum.

3.  Populasi dan Sampel
a.    Populasi Penelitian
Pengertian populasi menurut sumaatmadja, Nursid (1988:111) adalah keseluruhan kasus  (masalah dan peristiwa) individu (manusia baik perorangan atau kelompo dan gejala (fisis, ekonomi, sosial, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu.
Populasi dalam penelitian ini menyangkut dua jenis, yang pertama populasi wilayah yaitu Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar dengan luas wilayah 304,896 Ha. Kedua  populasi penduduk yaitu seluruh penduduk (Kepala Keluarga) di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar yang di klasifikasikan berdasarkan tempat tinggal dengan jumlah seluruh populasi sebanyak 701 KK.
b.   Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh yang mewakili populasi bersangkutan ketentuan lain pada penarikan sampel yaitu pada jumlahnya tentang besar kecilnya, ini pun tidak ada ketentuan angka yang pasti, besar angkanya berkisan antara sepuluh, dua puluh lima persen. Semakin besar populasinya jumlah sampelnya semakin kecil dan demikian sebaliknya, pokok utama sampel itu harus mewakili sifat-sifat populasinya (Nursid Suatmadja, 1981:112).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling berdasarkan tempat tinggal bagi tiap Kepala Keluarga. Pengambilan jumlah sampel sebenarnya tidak ada ketentuan, namun tergantung pada tingkat homogenitas populasi. Dalam penelitian ini terutama populasi penduduk akan diambil sebanyak 5% dari jumlah Kepala Keluarga yang berada di tiap di Desa Cibeureum yang diklasifikasikan berdasarkan tempat tinggal. Untuk lebih jelasnya dilihat pada table di bawah ini :
Tabel Populasi dan Sampel Penelitian
No
Nama Kampung
Populasi
Masyarakat
(KK)
Sampel
(5%)
1
Lingkungan Cijambu
164
8
2
Lingkungan Babakan
141
7
3
Lingkungan Pasirnagara
171
8
4
Lingkungan Cipantaran
132
7
5
Lingkungan Cibodas
93
5

Jumlah
701
35



        Sumber : Data Monografi Desa Cibeureum

4.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam  penelitian ini meliputi:
a.    Studi Literatur
Dengan cara literatur ini penulis dapat mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku ilmiah, surat kabar, majalah dan brosur-brosur yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliliti guna melengkapi data-data yang terkumpul.
b.    Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan seara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Pada dasarnya, pengetahuan geografi merupakan hasil pengumpulan.
c.    Studi Dokumentasi
Dengan teknik seperti ini penulis dapat memperoleh data dari arsip-arsip yang berisi risalah-risalah dan laporan-laporan dari instansi yang terkait dengan masalah  yang sedang diteliti.
d.   Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh formasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi data yang tidak diungkapkan oleh teknik observasi.
5.  Instrumen Penelitian
1.      Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari :
Pedoman observasi adalah alat untuk mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Dalam pengamatan ini penulis menyertakan beberapa pertanyaan yang harus dijawab melalui pengamatan sendiri terhadap objek yang sedang diteliti.
Contoh pedoman observasi
a.  Fisik
1)   Fisiografi daerah penelitian?
a.  Perdataran
b.  Perbukitan
c.  Pegunungan

2)   Kondisi jalan daerah penelitian?
a.  Baik
b.  Sedang
c.  Kurang baik

b.  Sosial
1)   Rata-rata tingkat pendidikan penduduk daerah penelitian?
a.  SD
c.  SMU/SMK
b.  SMP
d.  PT
2)   Rata-rata mata pencaharian penduduk daerah penelitian?
a. Petani
b.Wiraswasta  c. PNS
1.      Pedoman wawancara di gunakan untuk mengetahui lebih mendalam tentang faktor pendukung perencanaan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum dan permasalahan yang di teliti.

Contoh pedoman wawancara untuk masyarakat
1)   Faktor-faktor apa saja untuk mendukung perencanaan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum?
2)   Upaya apa saja yang menjadi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Waduk Situ Leutik bagi masyarakat Desa Cibeureum
6.  Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang untuk mengolah data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif sederhana, yaitu dengan teknik presentase (%), dengan rumus :
                        % =   x 100
Keterangan                         %  = Persentasi setiap alternative jawaban    
                                    fo  = Jumlah freukuensi jawaban
                              n  = Jumlah sampel / responden
Pedoman yang dipakai sebagai berikut :
-                      0 %                              :  Tidak ada sama sekali
-                      1 % - 24 %                  :  Sebagian Kecil
-                      25 % - 49 %                :  Kurang dari setengah
-                      50 %                            :  Setengahnya
-                      51 % - 74 %                :  Lebih dari setengahnya
-                      75 % - 99 %                :  Sebagian Besar
-                       100%                          :  Seluruhnya  
Sedangkan teknik untuk melakukan zonasi tentang wilayah yang terkena pembangunan Waduk Situ Leutik akan dilakukan dengan menetapkan unit-unit peta untuk sampel klasifikasi akan dilakukan dalam menganalisis citra satelit, dengan perangkat lunak archview versi 3.3. Disamping itu juga data kualitatif maupun kuantitatif dari lapangan dimasukan kedalam data base serta dikombinasikan dengan grafis dengan perangkat lunak arcGIS.
7.  Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan beralngsung selama tiga bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar.












LAMPIRAN – LAMPIRAN









Gambar 1. Citra Satelit Kota Banjar


Gambar 2. Citra Satelit Situ Leutik
Ket: Kotak merah ( Lokasi Situ Leutik)


Gambar 3. Lokasi Sebelum Pembangunan
Situ Leutik Desa Cibeureum


Gambar 4. Pelaksanaan Pembangunan
Situ Leutik Desa Cibeureum




Gambar 7. Situ Leutik (View)

Gambar 6. Situ Leutik (Bendungan)



















DAFTAR PUSTAKA


Anonim. (2011). Definisi Irigasi. Tersedia di http://www.scribd.com/doc/12921633/Teknik-Irigasi-dan-Drainase (07 April 2011).
Anonim. (2011). Definisi Perencanaan. Tersedia di http://www.riwayat.net/2009/03/pengertian-perencanaan.html (07 April 2011).
Anonim. (2011).Definisi Waduk / Situ / Danau. Tersedia di http://organisasi.org/definisi-pengertian-danau-macam-jenis-fungsi-danau-di-indonesia-belajar-geografi (13 April 2011)
            Rafi’ i, Suryatna. (1981). Metode Statistik Analisis. Bandung : Bina Cipta.
Rustandi, Edy. (2007). Review Perencanaan Irigasi Desa di Situ Leutik : Sadhya Grahacara.
Sumaatmadja, Nursid.(1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Alumni.








TUGAS PERWIL


A.  KONDISI FISIK WILAYAH PENELITIAN
1.    Letak dan Luas Daerah Penelitian
Secara administratif Desa Cibeureum termasuk Kecamatan Banjar Kota Banjar. Secara astronomis Desa Cibeureum berada pada 108º30’00’’LU dan 85º47’00’’BT.
Jarak Desa Cibeureum dari Ibu Kota Kecamatan  2 Km dan dari Ibu Kota  Banjar 7 Km, dengan waktu tempuh ± 15 – 20 menit. Desa Cibeureum berbatasan dengan desa-desa lainya:
Ø  Sebelah Utara               :  Desa Jajawar
Ø  Sebelah Selatan             :  Desa Situ Batu
Ø  Sebelah Timur               :  Desa Cimaragas
Ø  Sebelah Barat                :  Desa Balokang

Luas wilayah Desa Cibeureum adalah 304.896 Ha, terdiri dari 5 kampung, yaitu Kampung Cijambu, Kampung Babakan, Kampung Pasirnagara, Kampung Cipantaran, Kampung Cibodas. Lokasi penelitian beserta batas-batasnya bisa dilihat pada gambar:

            Gambar 1. Peta Wiayah Desa Cibeureum

Gambar 2. Peta Citra Satelit Kota Banjar



1.        Fisiografi dan Topografi

Pembicaraan mengenai morfologi/geomorfologi, tidak terlepas dari keadaan morfologi Jawa Barat dan Banjar pada umumnya, Menurut bemmelen (dalam Nedi Sunaedi, 2002), Secara fisiografis, Jawa Barat dapat dikelompokan ke dalam 4 (empat) satuan fisiografis, yaitu: (1) Dataran rendah aluvial Jakarta, (2) Zone Bogor, (3) Zone Bandung dan (4) Zone Penggunungan Selatan. Berdasarkan zonefikasi fisiografi Jawa Barat, Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar merupakan zone  Bandung yang letaknya sebelah Barat Banjar.
Zone Bandung adalah depresi antarmontana yang memanjang. Pada zone ini muncul pegunungan-pegunungan semacam pulau yang terdiri atas lapisan Tertier. Lebar Zone ini berkisar antara 20-40 Km, dimulai di Teluk Pelabuhan Ratu, melalui lembah Ci Mandiri, dataran tinggi Cianjur, dataran tinggi Bandung, dataran tinggi Garut, lembah Citanduy, Kemudian Sagara Anakan.
Pada Tepi dataran tinggi Garut terdapat dua deretan gunung api yang arahnya melintang, memotong Zone Bandung dari utara ke selatan. Deretan pertama memisahkan dataran tinggi Garut dari dataran tinggi Bandung,  yang terdiri dari Gunung Mandalawangi (1663 m), Guntur (2249 m). Deretan kedua memisahkan dataran tinggi Garut Dengan Lembah Citanduy, yang terdiri atas Gunung Galungggung (2241 m), Talaga Bodas (2201 m), Sadekeling (1676 m).
Keadaan umum Situ Leutik di Desa Cibeureum berada di antara bukit-bukit yang membentang, tinggi tempat dari permukaan laut 50 Mdl dan mempunyai luas datarran tinggi pegunungan 294 Ha, kondisi topografi daerah pekerjaan Situ Leutik cukup curam dengan perbedaan elevasinya tanah yang cukup signifikan. Catchment Area: 0.3717 Km². Berikut ini peta topografi daerah Situ Leutik.
1.        Geologis
1)   Batuan di Desa Cibeureum dan Situ Leutik mempunyai :
                                   a)       Endapan Permukaan (Qa)
Endapan Aluvium Sungai dan Pantai berumur Kuarter (Holosen) terdiri dari: lumpur, lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-bongkah batuan yang bersifat lepas dengan ketebalan 0,20 – 1,0 meter.
                                   b)      Endapan Teras Sungai (Qt)
Endapan Teras Sungai berumur Kuarter (Holosen) terdiri dari : lanau, pasir, kerikil dan kerakal serta berangkal batuan dengan matrik pasir. Endapan ini terdapat pada tebing lembah sungai. Tanah pelapukannya berupa tanah insitu yang terdiri dari lempung – pasir, abu-abu bersifat lunak, dengan ketebala 0,50 -2,5 meter.
                                   c)       Hasil Gunung Api (QTvs)
Batuan- batuan Gunung Api Tua berumur Kuarter (Plistosen) terdiri dari: breksi andesit, disisipi lapisan lapa, breksi aliran dan tuf. Endapan ini terdapat pada dasar sungai atau lembah dan di bukit-bukit. Tanah pelapukannya berupa tanah insitu yang terdiri dari lempung – pasir halus, cokelat – kemerahan bersifat lunak, dengan ketebalan 2,0 -6,0 meter.
                                   d)      Anggota Batu Pasir Formasi Tapak (Tmbs)
Batuan Sedimen berumur Tesier (Miosen Akhir) terdiri dari: batu pasir halus – kasar, berwarna hijau dengan tebal lebih dari 100 m, berlapis baik dan terdapat pada bukit – bukit dan dataran lembah. Tanah pelapukannya berupa tanah insitu  yang terdiri dari lempung – pasir halus, abu-abu kekuningan bersifat lunak, dengan ketebalan 1,0 – 3,0 meter.
2.        Hidrologi Dan Klimatologi
Kondisi hidrologi suatu wilayah tidak terlepas dari kondisi topografi dan bentuk lahan daerah bersangkutan. Hal ini sangat berpengaruh, karena curah hujan sangat mempengaruhi debit air sungai dan sumber air tanah. Sungai yang merupakan salah satu sumber utama bagi penduduk Desa Cibeureum, banyak dimanfaatkan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan pengairan sawah.
Berdasarkan jenisnya, Situ Leutik termasuk kedalam jenis situ/danau buatan. Karena situ/danau ini secara sengaja dibuat oeh manusia uutuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Kedaaan topografi Situ Leutik Banjar yang merupakan waduk terletak pada tinggi tempat dari permukaan laut 50 Mdl. Kedaan iklim di sekitar kawasan objek Situ Leutik ini, meliputi: suhu rata- rata 28˚C  dan data curah hujan 2.645 mm per tahun. Kedalaman rata-rata waduk antara 15 meter. Situ Leutik berasal dari air hujan dan mata air yang tereletak pada bebereapa lokasi (mata air Cibeuereum).
Kondisi Hidrologis di daerah penelitian dari perairan permukaan dan air tanah. Pemanfaatan potensi hidroogi ini digunakan dengan cara memberdayakan perairan irigasi  yang diambil dari Situ Leutik. Perairan irigasi dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air pertanian sawah serta digunakan penduduk untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
1997
0
0
166
334
82
31
0
3
0
31
0
0
1998
405
466
485
514
131
168
134
137
0
539
388
385
1999
591
319
411
0
59
140
42
26
10
217
335
399
2000
360
351
575
108
142
94
5
5
76
0
310
0
2001
293
161
412
524
117
322
38
0
88
419
483
94
2002
262
183
298
305
108
28
2
0
0
29
416
264
2003
187
375
355
122
177
16
0
0
15
213
287
348
2004
383
204
517
258
162
94
173
0
48
64
544
506
2005
342
185
300
402
116
119
97
22
334
359
252
373
2006
333
320
257
378
128
44
14
0
0
0
202
243
Jml Hujan
3156
2564
3776
2945
1222
1056
505
193
571
1871
3217
2612
Rata – rata
316
256
378
295
122
106
51
19
57
187
322
261
Jumlah Max
591
466
575
524
177
322
173
137
334
539
544
506
Jumlah Min
0
0
166
0
59
16
0
0
0
0
0
0

Tabel 1. Curah Hujan Kawasan Catchment Area Situ Leutik
1.        Tanah
Kondisi tanah di daerah penelitian termasuk jenis tanah Latosol Cokelat Kemerahan dengan tekstur tanah lempungan. Jenis tanah ini mempunyai solum berkisar antara 130 sampai 5 meter bahkan lebih, dengan horizon tidak jelas, kandungan bahan organiknya berkisar antara 3 sampai 9 %, dengan pH antara 4,5 sampai 6,5 atau asam sampai agak asam. Tanaman yang bisa ditanam pada jenis tanah ini adalah padi, sayur-sayuran, palawija, dan lain-lain. Tingkat Kemiringan 70˚,Lahan Kritis Desa Cibeureum 121 Ha, Lahan Terlahan Desa Cibeureum 20 Ha, Tingkat Erosi Desa Cibeureum: luas tanah erosi ringan 16 Ha, luas tanah erosi sedang 0.7 Ha, luas tanah erosi berat 15 Ha.
2.        Penggunaan Lahan
Lahan dipedesaan digunakan bagi kehidupan sosial masyarkat dan kehidupan ekonomi,. Kehidupan sosial seperti, berkeluarga, sekolah, beribadat, rekreasi, olahraga, dan sebagainya. Untuk kegiatan ekonomi seperti bertani, berkebun, berternak dan ain-lain. Semua kegiatan tersebut tentunya menggunakan lahan yang cukup dan sesuai untuk mencukupi kebutuhan penduduk wilayah itu.
Adapun jenis-jenis penggunaan lahan di Desa Cibeureum dapat dilihat pada table 3 berikut.
Tabel 3. Penggunaan Lahan Desa Cibeureum
No
Penggunaan Lahan
Luas Lahan (Ha)
Presentase (%)
1
Jalan
4.9
1.60
2
Bangunan Umum
0.73
0.24
3
Rumahan
36.8
12.06
4
Perkarangan
2.140
0.72
5
Pertanian
239.450
78.53
6
Kolam
6.337
2.07
7
Kuburan
2.009
0.66
8
Sawah
45.610
14.95
Jumlah Luas Lahan
304.896
100%
Sumber : Monografi Desa Cibeureum 2011
Dari tabel 3 dapat diketahui penggunaan lahan di Wilayah Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar sebagian lahannya berupa daratan yang termasuk Pertanian, 78.53 %, Sawah 14.95 %, Permukiman/Rumah 12.06 %. Lahan-lahan sangat produktif untuk dimanfaatkan pada bidang pertanian
1.        Kondisi Sosial Ekonomi Mayarakat Daerah Penelitian
Kondisi sosial yang berkaitan dengan tulisan ini adalah kondisi kependudukan, karena kependudukan merupakan sumber daya uang potensial, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Dalam kaitannya dengan pekerjaan masyarakat, penduduk, bertindak sebagai pemanfaatan Situ Leutik yang dapat memanfaatkan tempat ini untuk usaha berbagai bidang. Selain itu akan disajikan pula kondisi fasilitas sosial ekonomi dari daerah penelitian yang turut mempengaruhi pemenuhan kebutuhan penduduk sebagai sumberdaya tersebut.
a.    Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Cibeureum adalah  sebanyak 2087 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk di Desa Cibeureum, terdiri dari 1041 jiwa penduduk laki-laki, dan 1046 jiwa penduduk perempuan
Kepadatan penduduk kasar adalah banyaknya jumlah penduduk pada suatu wilayah dibagi dengan luas wilayah tersebut. Rumus perhitungan Kepadatan Penduduk Kasar adalah:
Kepadatan Penduduk Kasar:       
Kepadatan Penduduk Kasar:              = 7 jiwa/Ha
Kepadatan penduduk psikologis, adalah banyaknya penduduk pada suatu wilayah dibagi dengan luas lahan pertanian dikawasan tersebut Rumus perhitungan Kepadatan Penduduk psikologis adalah:
Kepadatan Penduduk Psikologis : 
Kepadatan Penduduk Psikologis :             =  9 orang/Ha
Kepadatan Penduduk Agraris, adalah banyaknya petani pada suatu wilayah dibagi luas lahan pertanian dikawasan tersebut. Rumus perhitungan Kepadatan Penduduk Agraris adalah:
Kepadatan Penduduk Agraris:     
Kepadatan Penduduk Agraris:      = 2 orang/Ha
b.      Komposisi penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Tabel 4.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
No
Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
L
P
1
0-4
74
87
161
7.7
2
5-9
93
95
188
9.0
3
10-14
84
74
158
7.6
4
15-19
75
60
135
6.4
5
20-24
71
55
126
6.0
6
25-29
82
71
153
7.3
7
30-34
66
58
124
5.9
8
35-39
78
82
160
7.6
9
40-44
79
73
152
7.3
10
45-49
64
69
133
6.4
11
50-54
67
73
140
6.7
12
55-59
66
68
134
6.4
13
60-64
41
64
105
5.0
14
65 keatas
33
117
150
7.2
JUMLAH
1041
1046
2087
100 %
Sumber : Monografi Desa Cibeureum 2011
Komposisi penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar menurut jenis kelamin dan usia secara rinci dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan data pada tabel tersebut, untuk menentukan Sex Ratio, diyatakan dalam banyak penduduk laki-laki per 100 perempuan, dengan rumus: Sex Ratio    X 100
Dengan rumus tersebut serta berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2011 yang pada tabel 3, maka dapat diketahui perbedaanya, yaitu:   Sex Ratio    =  X 100
                                                            = 99 jiwa
yang berati di wilayah Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar terdapat 99 laki-laki tiap 100 perempuan.
            Berdasarkan data dari tabel 4 diatas, dapat dicari struktur umur penduduk Desa Cibeureum. Struktur penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui kelompok penduduk yang belum produktif (0-14 Tahun), kelompok produktif (15-64 tahun), dan kelompok tidak produktif (65 tahun ke atas).
Apabila penduduk di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar dikelompokan berdasarkan penggolongan di atas maka diperoleh:
a.    Golongan umur usia belum produktif (0-14 tahun) sebanyak 507 jiwa
b.    Golongan umur usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 1362 jiwa
c.    Golongan umur usia tidak produktif (65 tahun ke atas) sebanyak 150 jiwa.
Berdasarkan data tabel 4 dapat dihitung besarnya (Dependency Ratio) atau rasio beban ketergantungan dengan rumus:
DR    =   X 100
DR    =   X 100 =  48 orang
Desa Cibeureum mempunyai angka ketergantungan 48, yang berate di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar 100 penduduk usia produktif menanggung 52 penduduk usia tidak produktif.
c.       Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 5.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
Buruh Tani
213
18.03
Petani
174
14.73
Pedagang
55
4.65
Pegawai Negeri Sipil
23
1.10
Pensiunan
18
1.52
TNI / POLRI
2
0.16
Swasta
48
4.06
Jasa
297
25.14
Pertukangan
351
29.72
JUMLAH
1181
100 %
Sumber : Monografi Desa Cibeureum 2011
Untuk mengetahui keadaan penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar menurut mata pencahariannya dapat dilihat di tabel 5. Dengan melihat tabel tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar pada umumnya bermata pencaharian dibidang Pertukangan yaitu sebanyak 351 jiwa atau sekitar 29.72 %.
d.      Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar masih tergolong cukup, namun sudah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan. Akibat dari masih rendahnya tingkat pendidikan, maka kemungkinan untuk dapat ditampung pada sektor lapangan pekerjaan yang memerlukan keterampilan tinggi kecil sekali. Untuk mengetahui komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Pendidikan
Jumlah
(Jiwa)
Presentase
(%)
Sekolah Dasar (SD)
400
46.24
Sekolah Menegah Pertama (SMP)
222
25.66
Sekolah Menengah Atas (SMA)
161
18.61
Perguruan Tinggi (PT)
82
9.47
JUMLAH
865
100 %
Sumber : Monografi Desa Cibeureum 2011
Berdasarkan data tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Cibeureum Kecamatan Banjar Kota Banjar berpendidikan SD sebanyak 400 orang atau sekitar 46.24%, berpendidikan SMP sebanyak 222 orang atau sekitar 25.66 %, berpendidikan SMA sebanyak 161 orang  sekitar atau 18.61 %.
a.      Keadaan Fasilitas sosial
Keadaan fasilitas sosial yang ada di wilayah Desa Cibeureum selain tempat tinggal penduduk adalah sarana pendidikan dan jumlah tempat ibadah. Sarana sosial yang ada di Desa Cibeureum dapat dilihat di tabel 7 berikut ini:
Tabel 7.
Sarana Sosial di Desa Cibeureum
No
Uraian
1
Kantor Desa
2
Gedung Serbaguna
3
Jalan Umum
·      Hotmik Jalan Desa
·      Pengaspalan Jalan Lingkungan
·      Pemeluran Gang
4
Fasilitas Umum
·      Bale Dusun
·      Pengadaan Air
·      MCK
·      Posyandu
5
Saluran Drainase
6
Bak Sampah
7
Kebun
8
Besi Pengaman Sampah
9
Masjid Jam`i
10
Sekolah
Sumber : Monografi Desa Cibeureum 2011
b.      Keadaan Fasilitas Ekonomi
Desa Cibeureum merupakan suatu daerah yang cukup berkembang perekonomiannya. Desa Cibeureum dihubungkan oleh ruas jalan kota dan dekat dengan jalan provinsi. Hal ini semua berada dalam kondisi yang cukup memadai sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk Desa Cibeureum dan luar Desa Cibeureum untuk melakukan aktifitas perekonomian. Dengan jarak tidak jauh dari pasar dan pusat kota, sehingga perkembangan ekonomi masyarakat Desa Cibeureum khususnya di bidang perdagangan, serta budidaya ikan  melalui perairan irigasi dari Situ Leutik akan meningkatkan perekonomian Desa Cibeureum. Serta terbentuknya KOPJAMAS (Kelompok Pinjaman Jam`ah Masjid) dan BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) membantu masyarakat Desa Cibeureum.
c.       Kondisi Jalan Daerah Penelitian Situ Leutik
Kondisi jalan menuju Desa Cibeureum cukup bagus dan bisa dilalui oleh kendaraan bermotor,  Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar dan Pemerintahan Kota Banjar bekerja sama membuat akses jalan menuju Situ Leutik di Desa Cibeureum dalam perencanaan pengembangan pariwisata  Kota Banjar dan peningkatan perekonomian di Desa Cibeureum, dapat dilihat di gambar berikut ini:





2 komentar:

  1. ini a yg d critain teh???hehehehe

    BalasHapus
  2. iaaa deede ndinnn, ini teh namanyaa proposal penelitian, mentah dari skripsi dede ndinnn^^

    BalasHapus